Sabtu, 12 April 2014

Kasih Ibu Tiada Tara



         Namanya Dita, hari ini dia berulang tahun. Dari tadi malam dia sudah berharap untuk mendapatkan hadiah dari ibunya, Ya,,,, karena setiap tahun ibunya selalu berusaha memberikan sesuatu yang istimewa saat hari ulang tahunnya. Sambil memberikan hadiah, ibunya pasti memasak makanan kesukaannya...
Dalam perjalanan pulang sekolah, Dita tak henti- henti membayangkan hadiah dari ibunya.
" Kira- kira di hari ulang tahunku sekarang ini ibu memberiku hadiah apa ya...?" gumamnya sendiri sambil tersenyum. 
"Tuhan, terimakasih Engkau memberiku ibu yang sangat sayang padaku. Terimakasih ibu sudah melahirkanku  ". ucapan syukur Dita lirih, nyaris tak terdengar. Dia memejamkan mata merasakan kebahagiaanya memiliki ibu yang sayang padanya.

Sesampai di rumah, Sepi.....
Tak ada orang sama sekali. Tak ada ibunya yang menyambut kepulangannya, tak ada kakak yang menggodanya....
" Kemana orang rumah ini...?" Dita merasa kecewa.
Dilemparnya tas sekolah warna merah jambu hadiah ibunya waktu ulang tahun tahun lalu.  Lalu dia duduk termenung di pinggir tempat tidurnya.
Lalu Dita melangkahkan kakinya ke dapur. Di lihatnya seisi dapur...
 " Tak ada makanan apapun ..."  gerutunya.
Tak terasa, air matanya menetes.... " Mereka sudah tidak sayang lagi sama aku, sampai hari ulang tahunku saja meraka tidak ingat.... Aku benci mereka...! Aku benci ibu ..! Aku mau pergi dari rumah ini...!"

Masih dengan seragamnya, Dita berjalan keluar rumah dan membanting pintu depan. Bahkan pintu pagar rumah sengaja tidak ditutupnya. 
Dita terus berjalan tak tentu arah, dia hanya ikut kemana kakinya melangkah. Suara adzan di masjidpun tidak dia hiraukan, padahal dia belum sholat. Tak terasa sinar matahari mulai menguning. Dan, perut Dita mulai keroncongan, dia merasa kelaparan...

Dita terus melangkah. Sampai di ujung jalan, ada penjual sate ayam dengan gerobaknya. Penjual sate itu berhenti di bawah pohon besar. Karena bau aroma sate yang sangat menyengat, hidung Ditapun mulai mencium aroma khasnya. Tak terasa, aroma itu semakin membuat perutnya keroncongan.
Dita mendekat ke gerobak sate itu. Dipandanginya gerobak itu, juga bapak setengah baya yang mengipasi sate- sate bakarannya. 

Rupanya, bapak penjual sate itu mmeperhatikan tingkah Dita. Dipanggilnya Dita untuk mendekat. Ditapun mendekati bapat itu.
" mau beli sate mbak ?"
" Iya pak, tapi saya tidak punya uang ".
" Alhamdulillah, dagangan bapak hari ini laris. Untuk mbak, kali ini saya beri gratis..."
" Wah, terimakasih pak... " akhinya Dita memakan sepiring sate dan lontong pemberian bapak itu.
Tapi perlahan, ada air mata Dita yang menetes. Bapak penjual sate bertanya penasaran.
" Mbak kenapa nangis ? "
Dita tersipu malu dan menjawab : " Bapak baik sekali pada saya, padahal bapak tidak kenal saya. Tapi bapak sudah memberi saya sepiring sate yang enak ini. Sedangkan ibu saya sendiri tidak peduli pada saya. Ini hari ulang tahun saya, tapi ibu tidak memasak makanan kesukaanku. Terimakasih banyak ya pak... ".

" Mbak yang cantik ini bisa saja, saya kan baru satu kali ini memberi mbak makanan. Ibu mbak yang mestinya mendapat ucapan terimakasih seperti itu, karena ibu mbak telah memberi makan mbak dari kecil sampai sekarang.... Coba hitung, berapa piring yang sudah dimasakkan ibu mbak...?"

Dita terhenyak .. " Iya, kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu ? " gumamnya.
Setelah meng

 



0 komentar:

Posting Komentar