Sultan Muhammad Al- Fatih, "Sang Penakluk..!"
Lukisan Sultan Muhammmad II oleh gentile Bellini |
Beliau, sang penakluk Konstantinopel yang saat ini banyak di banggakan oleh umat Islam. Salah satu ustad yang membuat kisah inspirasi dan motivasi dari sang penakluk ini terangkat dan banyak orang terkagum adalah ustad Felix Siauw, seorang ustad keturunan Tionghoa.
Muhammad al-Fatih adalah salah seorang
raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Beliau merupakan
sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Julukan Al-Fatih adalah gelar yang
senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau
menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.
Dan ternyata jauh sebelum sang penakluk ini lahir, Nabi Muhammad SAW sudah
meramalkan akan ada seorang Raja Islam yang akan menaklukkan Konstantinopel. seperti yang disabdakan oleh Nabi SAW:
"Konstantinopel akan ditaklukan oleh tentara Islam. Rajanya (yang
menaklukan) adalah sebaik-baik raja dan tentaranya (yang menaklukan) adalah
sebaik-baik tentara."
Siapakah Muhammad Al Fatih ?
Beliau adalah Sultan Mahmed II atau juga
dikenal Sultan Muhammad Al- Fatih. Beliau adalah seorang pemimpin hebat, seorang Sultan yang memerintah
di Dinasty Turky Utsmani.
Al-Fatih bukanlah nama aslinya, nama itu adalah adalah nama julukan sebagai penghargaan yang brmakna "sang penakluk" karena beliau
telah berhasil menaklukkan Konstantinopel. Beliau berkuasa sampai pada tahun 1481 M sebelum akhirnya mangkat.
Kejayaan baginda Sultan Muhammad dalam kepemimpinannya membuat decak
kagum para musuhnya.
Sultan Muhammad II dilahirkan di Edirin pada 30 Maret 1423 M yang mana
pada waktu itu Edirin adalah pusat kota pemerintahan Dinasty Turki
Utsmani. beliau adalah putra dari Sultan Murad II beliau hidup di masa
setelahnya Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan perang Salib) 1137 -1193 M
Hebat karena pendidikan karakter sejak kecil
Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di
Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari
Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Semenjak kecil, beliau telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan
Konstantinopel. Bahkan beliau telah mengkaji usaha yang pernah dibuat
sepanjang sejarah Islam untuk menaklukkan Konstantinopel, sehingga
menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.
Ketika beliau naik tahta pada tahun 1451 M,
dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota
bandar (kota/kota pelabuhan) tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih
terletak pada ketinggian
pribadinya. Sejak kecil, dia di didik secara intensif oleh para ulama'
terkemuka di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Sultan
Murad II
telah menghantar beberapa orang ulama' untuk mengajar anaknya (Sultan
Muhammad Al-Fatih), tetapi oleh Sultan Muhammad Al-Fatih menolaknya.
Lalu, dia menghantar
Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Sultan
Muhammad Al-Fatih jika beliau membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Sultan Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang
diberikan oleh Sultan Murad II (ayahnya) kepada Syeikh Muhammad bin
Isma'il Al-Kurani, Sultan Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh
Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri beliau
lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur'an dalam waktu yang
singkat. Di samping itu, Murabbi Syeikh Ak Syamsuddin yang juga
merupakan Murabbi dari Sultan Muhammad Al-Fatih. Dia mengajar Sultan
Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits, fiqih, bahasa (Arab,
Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan
sebagainya.
Syeikh Ak Syamsuddin lantas meyakinkan Sultan Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
di dalam hadits penaklukan Kostantinopel.
Menjadi Penguasa Ustmani
Ketika naik takhta, Sultan
Muhammad segera menemui Syeikh Ak Syamsuddin untuk menyiapkan bala
tentaranya untuk penaklukan Konstantinopel.
Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan.
Sultan berhasil menghimpun kira kira sebanyak 250,000 tentara. Para
tentara
lantas diberikan latihan dengan cara sungguh-sungguh dan selalu
diingatkan akan pesan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam
Sultan Muhammad Al-Fatih pun terus melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar"
terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan
langit kota itu. Pada akhir-akhir perang 27 Mei 1453 dua hari sebelum
kemenangannya 29 Mei, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya
berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala.
Mereka memperbanyak salat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi
siang hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal
29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan
supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota.
Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel
melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah
di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan
tentara Al-Fatih akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Kehilangan Konstantinopel memberi tamparan hebat kepada kerajaan
Kristian barat. Seruan Paus untuk melancarkan perang balas sebagai Perang Salib
tidak hiraukan oleh raja-raja Eropa. Ini menyebabkan paus sendiri
pergi untuk berperang tetapi kematian awal paus melenyapkan harapan
serangan balas.
Muhammad al-Fatih mendapat sebuah kota yang agung walaupun dalam
keadaan perselisihan kerana perang yang berlanjutan. Konstantinopel membolehkan
bangsa Turki mengukuhkan kedudukan mereka di Eropa serta meluaskan
wilayah mereka ke Balkan dan Mediterranean.
Pada waktu itu beliau (Sultan Muhammad Al- Fatih) menukar nama
Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhan).
Kini nama tersebut telah ditukar oleh Mustafa Kamal Ataturk (Pemimpin
Revolusi Turky) menjadi Istanbul. karena jasanya masjid Al-Fatih di
dirikan di dekat makamnya.
Kepribadian yang luar biasa
Kepribadian beliau sangat mencerminkan seorang pemimpin yang luar biasa dari segi salehnya dan keilmuannya yang tinggi. Jiwa kepemimpinannya yang kuat dan bijaksana.
Di ceritakan pada suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan islam
hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak
ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri, kemudian Muhammad
Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya
untuk bangun berdiri. Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang
sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan
shalat wajib lima waktu, silakan duduk” tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak
berdiri.
Lalu Sultan Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara
kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan
shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah
sekali saja silakan duduk”.
Sebagian lainya segera duduk. Dengan
mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya, Muhammad
Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa
diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah
meninggalkan shalat tahajjud di kesunyian malam? Yang pernah
meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk” Semua yang hadir dengan cepat duduk” Hanya ada seorang saja yang
tetap tegak berdiri. dialah, Sultan Muhammad Al Fatih.
Demikian inspirasi dari seorang pemimpin besar, Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk.
Semoga menginspirasi....
-http://ms.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Fatih
-http://id.wikipedia.org/wiki/Mehmed_II
-Muhammad Al-Fatih 1453, Felix Y. Siauw : jakarta; Al Fatih Press, 2013.
0 komentar:
Posting Komentar