Selasa, 03 Juni 2014

APA ARTI HIDUP INI ?

 

Assalamualaikum Sahabat KIM...
Kita sering bertanya kepada diri kita sendiri; 
Sebenarnya " Apakah arti hidup ini? " 
Ternyata sangat banyak orang yang memiliki pertanyaan serupa. Ada diantara mereka yang bisa dengan cepat menjawabnya, karena dia sudah menemukan jawaban dalam hidupnya. Dan ada sebagian dari kita yang masih belum begitu yakin dengan jawabannya, karena kita belum berhasil mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang sama itu. 
Jadi, bagi kita sendiri; apakah Arti hidup itu?

Kalau boleh sedikit saya memberikan gambaran cerita dari pengalaman pribadi :

Bak air di kamar mandi saya yang terbuat dari semen dan batu bata belakangan ini sering sekali mengalami kebocoran. Banyak air yang terbuang percuma karena kebocoran itu.  Maka saya memutuskan menggantinya dengan bak baru yang berbahan dasar fiber. Maka bereslah masalah kebocoran bak mandi saya.
Tapi muncul masalah baru, proses pergantian itu menghasilkan setumpuk puing yang teronggok disamping rumah kami. Dan saya niatkan meminta bantuan tukang sampah untuk menyingkirkan puing puing itu. Namun saya belum bertemu dengannya dalam beberapa hari terakhir ini. Walhasil, puing-puing itu tetap teronggok disitu. Membuat pemandangan di sekitar rumah menjadi terganggu.

Pagi-pagi sekali terdengar seseorang tengah berteriak; 
Maaf Mbak, puingnya masih akan digunakan oleh Bapak.” 
Perkiraan saya itu adalah suara Mbak yang membantu pekerjaan rumah tangga kami. Secara spontan saya menuju ke halaman depan. Beberapa orang dalam mobil bak terbuka telah bersiap meninggalkan rumah kami. 
Mas, Anda membutuhkan puing-puing itu?” saya bertanya. 
Saat mereka mengiyakan, saya mempersilakannya. Dan Sejak saat itu, saya tidak lagi melihat puing-puing itu lagi.
Saya tercenung selama beberapa saat. 
Sesuatu yang saya anggap tidak berguna, tanpa disangka dicari-cari oleh orang lain. Kalau dihitung biaya bahan bakar mobil dan ongkos kerja mereka, maka tidaklah mungkin mereka melakukannya jika tidak menemukan ’nilai ekonomi’ dari puing-puing itu. Pasti itu masih sangat bernilai untuk mereka.
Akhirnya saya menyimpulkan beberapa hikmah dari kejadian ini. Maka kesimpulan saya adalah 
*Sesuatu yang saya anggap sampah bisa jadi merupakan benda berharga dimata orang lain.
Tapi bukan sekali itu saya menganggap sesuatu tidak berharga. Bahkan lebih parahnya lagi, tidak jarang yang saya anggap tidak berharga itu adalah bagian dari diri saya sendiri. 
Misalnya, ketika saya merasa sebagai seorang pecundang, merasa gagal dalam hidup ini,maka saya telah merendahkan nilai diri saya. 
Betapa seringnya juga saya merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu. Seolah tangan ini, kaki ini, kepala ini, dada ini, semuanya tidak cukup berguna untuk menjadikan hidup saya bermakna. 
Padahal, seandainya saya mengumumkan di media masa: ”barang siapa yang menginginkan mata saya, silakan diambil saja,” maka saya yakin akan banyak sekali peminatnya. 
Tetapi, mengingat betapa saya sering menyepelekan makna mata ini bagi kehidupan saya, nyata sekali bahwa; saya tidak benar-benar menghargai anugerah yang telah Allah hadiahkan melalui mata saya.  
Astaghfirullahal 'Adzim...
Bukti lain jika saya sering menyia-nyiakan Anugerah Allah adalah ketika saya begitu seringnya membiarkan kemampuan diri saya tersia-siakan. 
Mata saya tadi, lebih sering saya gunakan untuk melihat hal yang mungkin Allah tidak sukai. Telinga saya, lebih sering saya gunakan untuk mendengarkan suara-suara yang negatif daripada yang positif. Jari jemari saya lebih sering dipakai untuk menuliskan kalimat-kalimat buruk daripada yang baik-baik. Sekujur tubuh saya juga begitu.

Saya sering sekali bertanya-tanya tentang ’apa arti hidup ini ?’. 
 Sekarang saya mengerti, mengapa saya tidak kunjung menemukan jawabannya. Sebab seseorang hanya akan bisa menemukan apa arti hidupnya, jika dan hanya jika dia bisa memberikan arti dari setiap organ tubuh melalui kegunaannya. Dengan kata lain, ’arti hidup ini’ itu bukan untuk dicari definisinya. Melainkan untuk diciptakan oleh diri kita sendiri melalui tindakan yang kita lakukan dengan menggunakan sekujur tubuh kita. Bukan hanya fisik, tapi juga mata hati kita. Jadi, agak aneh jika kita terus mencari tetapi kita terus menerus menyia-nyiakan hidup kita sendiri.

Jadi, sebenarnya apa sih arti hidup ini? 
Entahlah. Tergantung bagaimana kita menggunakannya saja. Jika kita menggunakan hidup untuk kebaikan, maka kita akan menemukan bahwa ’hidup ini memiliki arti yang baik’.
 Namun, jika kita menggunakannya untuk keburukan maka kita memberi arti sebaliknya. 
Maka pantaslah jika Allah memberi nilai yang berbeda-beda atas hidup yang telah diberikannya kepada setiap insan. Dan karena balasan Allah sangat ditentukan oleh bagaimana cara seseorang menggunakan hidupnya, maka baik dan buruknya kita dimata Allah sangat ditentukan oleh apakah kita menggunakan hidup kita untuk kebaikan atau keburukan. 
Sudah semestinya kita terus mencari dan berfikir tentan hikmah apa yang ada dibalik semua kejadian dalam hidup kita.
Dengan demikian, tidak penting lagi untuk mencari apa itu arti kehidupan. Karena ternyata, justru tugas kitalah untuk memberikan arti kepada kehidupan yang telah dianugerahkan Allah dan terus  Seperti kertas putih polos. Terserah kita mau menggoreskan tulisan seperti apa didalamnya. Karena bersama kehidupan, Allah memberi kita seperangkat kebebasan untuk memilih; apakah kita ingin kembali kepada Allah dengan catatan hidup yang baik atau tidak.
Semoga bermanfaat...
Silahkan di share...

1 komentar:

  1. yup... arti kehidupan kembali pada cara pandang kita terhadap kehidupan kita sendiri. yang penting terus menimba ilmu untuk terus perrbaiki diri. Inspiratif banget...
    http://dwilestiris.blogspot.com/

    BalasHapus